Pengarang kitab Tanbihul Ghafilin, Imam Samarqandy mengatakan:
"Biasakan diri anda untuk terus bersedekah, baik dalam jumlah kecil maupun besar. Kerana, dalam sedekah itu ada Sepuluh Manfaat; Lima akan diberikan di dunia, dan Lima lagi akan diberikan di akhirat kelak.

Home Top Ad

Orang beriman tak takut belanja harta mereka bagi meringankan beban golongan memerlukan. KEKAYAAN tidak membawa erti tanpa ada keberkatan. D...

Sedekah meningkatkan keberkatan rezeki

Orang beriman tak takut belanja harta mereka bagi meringankan beban golongan memerlukan.

KEKAYAAN tidak membawa erti tanpa ada keberkatan. Dengan adanya keberkatan, harta dan rezeki yang sedikit akan dirasakan seolah-olah banyak serta mencukupi. Sebaliknya, tanpa keberkatan akan dirasakan sempit dan susah meskipun banyak harta.

Dalam satu kisah, diceritakan Nabi Ayub ketika sedang mandi tiba-tiba Allah datangkan pada lengannya. Baginda menepis dengan bajunya. Lantas Allah berfirman: “Bukankah Aku lakukan begitu supaya kamu menjadi lebih kaya? Nabi Ayub menjawab, “Ya benar; demi keagunganMu apalah makna kekayaan tanpa keberkatan-Mu”.

Kisah ini menegaskan pentingnya keberkatan dalam rezeki yang dikurniakan Allah. Cara mendapatkan keberkatan daripada Allah, antaranya:

Bersyukur atas apa yang diberikan Allah.

Belanjakan harta pada jalan diredhai Allah

Berusaha cari rezeki halal

Keluarkan sedekah wajib (zakat) jika sampai nisab dan beri sedekah sunat kepada orang miskin dan anak yatim.

Bersedekah kepada anak yatim, miskin, jika boleh setiap hari. (Cari anak yatim untuk diberikan) kerana dengan izin Allah akan diganti tanpa kita sedari.

Ikhlaskan pemberian, sedekah hanya kepada Allah bukan mengharap pujian (pemberian tangan kanan tanpa diketahui tangan kiri). Sedekah mulakan dengan keluarga sendiri dulu, selepas itu barulah kepada jiran dan orang yang lebih jauh. Jangan anggap pemberian itu hak kita kerana sebenarnya dalam harta kita ada hak mereka.

Hulurkan pemberian sunat secara rahsia tetapi pemberian wajib (zakat) perlu diberi secara terangan sebagai menegakkan syiar Islam.



Konsep sedekah: Berikan sesuatu yang kita sayangi. Ini jelas dalam al-Quran (surah al-Imran ayat 92).

Cari harta dunia untuk dijadikan bekalan akhirat. (Dunia untuk akhirat, bukan untuk dunia)
Amalan diberkati ialah hasil peluh sendiri dan juga melalui jual beli (perniagaan).

Menurut Nabi SAW, 9/10 (90 peratus) daripada sumber rezeki ialah berpunca daripada perniagaan. Makan gaji mungkin 1/10 saja. Nabi Muhammad SAW sendiri sebelum diutus menjadi rasul adalah seorang ahli perniagaan jujur, cekap dan amanah.
Peniaga amanah akan dibangkitkan bersama nabi dan rasul di akhirat kelak. Perniagaan adalah amalan fardu kifayah. Barang makanan orang Islam sepatutnya dikeluarkan oleh orang Islam. Jika tidak aktiviti ini, seluruh umat Islam akan menanggung dosa.

Hulurkan bantuan kepada janda yang ketiadaan suami. Dalam hadis, Nabi SAW menerangkan setiap awal pagi, ketika terbit matahari ada dua malaikat menyeru kepada manusia di bumi.

Yang satu menyeru, “Ya Tuhanku, kurniakanlah ganti kepada orang yang membelanjakan harta kepada Allah.” Yang satu lagi menyeru, “Musnahkanlah orang yang menahan hartanya (lokek).”

Orang bakhil tidak manfaatkan hartanya untuk dunia dan akhiratnya. Menginfaqkan (belanjakan) harta adalah berkat, sebaliknya menahannya adalah celaka.

Dalam hadis lain, Nabi SAW bersabda: “Takutilah api neraka walaupun dengan sebiji tamar.” Dan sabdanya lagi: “Sedekah itu penghapus dosa seperti air memadam api.”

Jika dapat diamalkan, rezeki yang dikurniakan Allah akan kekal walaupun sudah digunakan. Allah akan membalas atau menggantikan apa yang sudah dibelanjakan. Amalkan ilmu yang ada, Allah akan menambahkan ilmu lagi. Begitu juga harta, belanjakan harta yang ada, Allah akan tambahkan lagi daripada sumber yang kita tidak ketahui.

Bersedekah itu boleh dilakukan oleh semua orang sekalipun orang itu tidak berharta. Amalan bersedekah sangat digalakkan dalam Islam, kerana bersedekah adalah lambang kesyukuran kepada Allah, pelaksanaan perintah Allah dan mempererat hubungan persaudaraan serta silaturahim sesama Muslim.

Sedekah juga adalah cara mengukuhkan hubungan antara hamba dengan Allah dan di antara hamba sesama hamba.

Firman Allah: “Wahai orang beriman, nafkahkanlah sebahagian rezeki yang kami kurniakan kepadamu, sebelum datang hari yang tiada lagi jual beli, tiada lagi persahabatan yang akrab dan tiada lagi syafaat padanya. Dan orang yang kafir itu adalah golongan zalim.” (Surah al-Baqarah, ayat 254)

Rencana disediakan oleh Penulis Khas YaPEIM

0 comentários:

Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, s...

Dasyatnya Sedekah

Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah?

Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.

Kemudian mereka bertanya? “Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”

Allah menjawab, “Ada, yaitu besi” (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?” Allah yang Mahasuci menjawab, “Ada, yaitu api” (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, “Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”

Allah yang Mahaagung menjawab, “Ada, yaitu air” (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

“Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?” Kembali bertanya para malaikta.


Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, “Ada, yaitu angin” (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin.

Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat). Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”

Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya.”

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya.

Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.

Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas?

Pada suatu hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya.

Di tengah perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah.

Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa?

Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.

Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah (keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.

Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira.

Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa.

Demi Allah, semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak.

Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.

Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW,

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,” demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).

Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, “Ya, Rasulullah. Harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah.”

“Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan,” jawab Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya,

Usman bin Affan. “Ya, Rasulullah. Saya akan melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya,” ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.

Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan antara hidup dan mati.

Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah. Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!

Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan, sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***

5 comentários:

Video atau MP3 Sedekah Bahagian 3 - Ustaz Arifin Ilham

0 comentários:

Video atau MP3 Sedekah Bahagian 2 - Ustaz Arifin Ilham

0 comentários:

Video atau MP3 Sedekah Bahagian 1 - Ustaz Arifin Ilham

0 comentários: